Urutan Lengkap Selamatan Orang Meninggal: 1–7 Hari, 40, 100, 1 Tahun, 2 Tahun, 1000 Hari
Dalam tradisi Jawa-Islam, selamatan untuk orang yang meninggal dunia dilakukan secara bertahap pada hari-hari tertentu. Urutan ini bukan sekadar tradisi turun-temurun, tapi punya makna spiritual yang mendalam. Setiap tahapan selamatan melambangkan perjalanan arwah di alam barzakh dan menjadi momen bagi keluarga untuk mengirim doa.
Artikel ini akan membahas urutan lengkap selamatan dari hari pertama hingga 1000 hari, lengkap dengan istilah Jawa, makna, dan tata caranya. Jika Anda butuh menghitung tanggal selamatan dengan cepat, gunakan kalkulator hitungan orang meninggal kami.
Hari Pertama: Geblag atau Surtanah
Hari pertama adalah hari kematian itu sendiri. Dalam bahasa Jawa disebut geblag atau surtanah. Di hari ini, fokus utama adalah pengurusan jenazah: memandikan, mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan sesuai syariat Islam.
Setelah pemakaman, biasanya keluarga langsung mengadakan tahlilan kecil-kecilan di rumah duka. Tamu yang datang melayat akan ikut membaca tahlil dan mendoakan almarhum. Ini adalah momen paling emosional karena kehilangan masih sangat terasa.
3 Hari: Nelung Dina
Nelung dina berarti "tiga hari" dalam bahasa Jawa. Selamatan ini dilakukan pada malam ketiga setelah kematian. Menurut kepercayaan, di hari ketiga ini arwah masih berada di sekitar rumah dan keluarga yang ditinggalkan.
"Selamatan 3 hari adalah momen untuk menguatkan doa agar arwah tenang dan diterima di sisi Allah SWT."
Acara biasanya dihadiri oleh keluarga dekat dan tetangga sekitar. Makanan yang disajikan umumnya sederhana, seperti nasi putih, lauk pauk, dan kue tradisional. Untuk menghitung tanggal yang tepat, Anda bisa menggunakan rumus menghitung selamatan 3 dan 7 hari.
7 Hari: Mitung Dina
Mitung dina atau "tujuh hari" adalah selamatan yang paling ramai setelah pemakaman. Di hari ketujuh, diyakini arwah sudah mulai "pamit" dari lingkungan rumah dan bersiap menuju alam barzakh.
Selamatan 7 hari biasanya lebih besar dari 3 hari. Undangan meluas ke kerabat jauh, teman kerja, dan kenalan almarhum. Tata caranya sama: pembacaan tahlil, doa, dan pembagian berkat.
💡 Tips Praktis
Untuk selamatan 7 hari, siapkan berkat lebih banyak karena biasanya tamu datang lebih ramai. Koordinasikan dengan RT/RW untuk memastikan tidak bentrok dengan acara lain.
40 Hari: Matangpuluh
Selamatan matangpuluh (empat puluh) dilakukan pada hari ke-40. Angka 40 punya signifikansi khusus dalam Islam—Nabi Musa berpuasa 40 hari, Nabi Isa diuji 40 hari di padang gurun. Dalam konteks kematian, 40 hari dianggap sebagai fase penting transisi arwah.
Di beberapa daerah, selamatan 40 hari dianggap sebagai "penutup" fase dukacita intensif. Setelah ini, keluarga diharapkan sudah mulai bisa menerima kepergian dan kembali menjalani rutinitas normal. Untuk cara menghitungnya, lihat panduan menghitung selamatan 40 dan 100 hari.
100 Hari: Nyatus
Nyatus berarti "seratus". Selamatan ini dilakukan pada hari ke-100 setelah kematian. Jika dihitung, ini sekitar 3 bulan lebih sedikit. Di fase ini, rumah biasanya sudah sepi dari tamu, dan keluarga inti yang paling merasakan kehilangan.
Selamatan 100 hari sering dijadikan momen refleksi. Keluarga berkumpul, mengenang almarhum, dan memastikan bahwa doa terus mengalir. Beberapa keluarga juga menggunakan momen ini untuk menyelesaikan urusan administratif almarhum, seperti pembagian warisan atau pelunasan hutang.
| Selamatan | Hari Ke- | Istilah Jawa | Makna |
|---|---|---|---|
| 1 Hari | 1 | Geblag/Surtanah | Hari kematian |
| 3 Hari | 3 | Nelung Dina | Arwah masih di sekitar |
| 7 Hari | 7 | Mitung Dina | Arwah pamit dari rumah |
| 40 Hari | 40 | Matangpuluh | Fase transisi penting |
| 100 Hari | 100 | Nyatus | Refleksi dan penguatan doa |
1 Tahun: Pendhak Pisan (Haul)
Pendhak pisan atau haul adalah selamatan satu tahun setelah kematian. "Pendhak" berarti naik, "pisan" berarti pertama. Jadi, ini adalah "naikan" pertama untuk almarhum.
Haul biasanya dirayakan lebih meriah, kadang dengan mengundang kiai atau ustadz untuk ceramah. Tema ceramah biasanya seputar kematian, kehidupan akhirat, dan pentingnya amal saleh. Keluarga juga sering menyembelih kambing atau sapi untuk sedekah.
2 Tahun: Pendhak Pindo
Pendhak pindo adalah selamatan dua tahun. "Pindo" berarti kedua. Selamatan ini tidak selalu dilakukan oleh semua keluarga, tergantung kemampuan dan tradisi setempat. Beberapa keluarga memilih untuk langsung melompat ke selamatan 1000 hari.
1000 Hari: Nyewu (The Grand Finale)
Nyewu berarti "seribu". Ini adalah selamatan terakhir dan biasanya paling besar. 1000 hari setara dengan sekitar 2 tahun 9 bulan. Selamatan nyewu sering dijadikan momen untuk memasang nisan permanen di makam almarhum.
Acara nyewu bisa berlangsung seharian penuh, dengan pengajian pagi, pembacaan tahlil siang, dan kenduri malam. Keluarga besar berkumpul, bahkan yang dari luar kota. Ini adalah cara terakhir untuk mengenang dan mendoakan almarhum secara kolektif.
"Setelah nyewu, doa untuk almarhum tetap dilanjutkan, tapi tidak lagi dalam bentuk selamatan besar. Doa pribadi dan sedekah rutin lebih diutamakan."
Untuk menghitung tanggal nyewu dengan akurat, gunakan panduan menghitung 1000 hari kami.
Kesimpulan
Urutan selamatan orang meninggal adalah warisan budaya yang sarat makna. Dari 1 hari hingga 1000 hari, setiap tahapan mengajarkan kita tentang kesementaraan hidup dan pentingnya doa. Yang terpenting bukan kemegahan acara, tapi keikhlasan hati dalam mendoakan.
Referensi
- Koentjaraningrat. (1984). Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. https://opac.perpusnas.go.id/
- Departemen Agama RI. (2010). Pedoman Penyelenggaraan Jenazah Menurut Islam. https://kemenag.go.id/
- Geertz, Clifford. (1976). The Religion of Java. University of Chicago Press. https://press.uchicago.edu/